Rabu, 30 November 2011

Ketakutan

hai, lama tak jumpa kertas putih :)
maaf yaa udah gak diperhatiin, sekalinya dateng gue malah mau curhat. nyusahin gak sih? ahahaha ikhlas yah :D

oke, gak usah lama-lama gue mulai aja yah.
yaaap, sekarang gue lagi berusaha untuk ngebuat diri sendiri kembali berbunga-bunga. lo tau maksud gue kan? ya, itu. lagi-lagi suka sama orang. ahahaha berasa apa gue kayak gak bisa suka sama orang. maknanya bukan begitu, cuma kan yaa lo tau lah maksud gue. oke skip!
tapi ini, entah gue udah ada rasa itunya atau itunya apa belom. tapi yang pasti, gue lagi nikmatin fase-fase ini. lagi sering terbang melayang, setiap detik bisa tersipu malu, dan senyam-senyum sendirian. udah tau sering diboongin, masih aja dah gue seneng ahahah maklum gak bisa dipungkirin nalurian perempuan :p. gue gak tau ini namanya apa. apa gue pura-pura gak tau yah? hahaha

lagi-lagi dalam keadaan gantung. yaa, sebenernya pasti gue sendiri kan yang pilih jalan ini. jadi gue juga yang harus bertanggung jawab kalo ada apa-apa. Insya Allah gue udah siap. dan memang harus siap sih.
yap, jujur gue punya ketakutan tersendiri dengan keadaan ini. ngeliat kebelakang, posisi temen gue yang dulu pernah kayak gini dan akhirnya harus ikhlas diakhir cerita dengan si cowok yang akan menjalin hubungan dengan cewek lain.
gue cukup takut dengan keadaan ini. gue takut, lo nanti akan ngelakuin itu ke gue. gue takut nanti gue ternyata belom siap. gue takut nanti gue udah terlampau jauh berharap sama lo. gue takut diri gue kenapa-kenapa. gue takut harus sedih-sedihan lagi. dan gue takut, kalo nanti kita musuhan.
karena gue ngerasa lo udah tarik ulur gue dua kali. sewaktu lo akhirnya ngejauhin gue, dan sekarang lo ada disini lagi. gak bisa gue pungkirin gue seneng.

gue kayaknya emang belom bisa baca maksud dan tujuan dari tindakan-tindakan lo ke gue. tapi, semoga ini semua mengarah ke arah yan lebih baik yaa. semoga kali ini lo bisa jaga kepercayaan gue yaa. dan gue juga berusaha buat jaga dan selalu percaya sama lo. semoga kisah sahabat lo itu, gak lo tiru ke gue. semoga kisah itu gak ada pengulangannya. gue inget kok, pikiran jauh lebih jahat dari kenyataan kan?
makasih R atas segala-segalanya. jangan bohongin diri lo dihadapan gue yaa. semoga yang sekarang terjadi, ini yang sebenarnya. amin.

Jumat, 11 November 2011

Cerpen 100 Kata?!!

hai, oke sebelum kita merujuk kejudul gue kasih tau sebelumnya, ini niatnya gue mau buat cerpen dalam rangka ngebantu temen gue Tarcoy yang ada di UI buat ngerjain tugas cerpen 100 kata. wiiih gue sih seneng seneng aja ngebantu, 100 kata? umm menurut gue ini tantangan baru. karena memamng gue belom tau 100 kata itu sebanyak apa. Tarcoy kasih saran ke gue buat buka 100kata.blogspot.com tapi gue gak mau buka, gue takut nantinya bahasa gue akan ngikutin salah satu posting mereka. oke , akhirnya gue berusaha nulis deh. dan ini hasilnya.

Secarik kertas mengiringi kepergiannya

Sudah sebulan lebih aku pindah sekolah ke Bandung. Perkenalkan namaku Raissa, sekarang aku duduk di kelas 2 SMA. Kurang lebih sebulan yang lalu, aku pindah dari salah satu SMA di Jakarta saat duduk di kelas 1 SMA. Kepindahan ini bukan kemauan keluargaku bahkan diriku sendiri. Tetapi, ini salah satu kewajiban dari pekerjaan Ayah. Dengan berat hati, akhirnya aku meninggalkan sahabat-sahabat dan seseorang yang anggap special di dalam hidup dan hatiku. Ia bernama Arga. Begitu baiknya ia selalu ada saat aku sedih dan senang. Dengan ikhlas, ia merelakan kepergianku ke Bandung dengan tidak memutuskan status yang kami miliki hingga saat ini.

“Baik-baik yaa Lek disana. Jangan lupa jaga kesehatan dan harus semangat ya belajarnya” ujarnya sebelum aku hendak berangkat ke Bandung.
“Iya Bu, kamu juga ya disini baik-baik. Maafin aku kalo sekarang kita mesti jarak jauh gini. Aku beharap kita tetep bisa kayak dulu” jawabku.
“Iya Lek, amin amin. Janji yaa sama aku kamu gak boleh nangis disana. Aku sayang kamu, Lek” ucap Arga.

Dan tiba-tiba ia memelukku dengan sangat erat. Sebenarnya aku sangat malu, tetapi memang tidak bisa di pungkiri inilah yang aku butuhkan pada saat-saat akhir meninggalkannya.

“Aku bakal sering-sering kesini kok, Bu kalo aku bisa. Aku janji, Bu” ucapku sambil menahan tangis
“Jangan bilang gitu, kamu gak boleh nyusahin diri dan keluarga kamu. Aku janji, suatu saat nanti aku bakal jenguk kamu disana”.

Memori itulah yang tidak akan pernah bisa hilang dalam ingatan dan hatiku. Saat ia memanggilku Jelek dan aku memanggilnya Bubu. Setiap hari, kami masih kontek-kontekan seperti biasanya. Tetapi 3 minggu belakangan ini, ia tidak pernah menghubungi aku sama sekali. Setiap aku sms ataupun telpon handphonenya selalu tidak aktif. Ingin rasanya aku pergi ke Jakarta untuk mengetahui keadaannya dan menanyakan ada apa dengan hubungan ini. karena memang sampai saat ini, aku belum pernah mengunjunginya begitujuga dia. Pernah suatu saat, aku berencana ingin mengunjunginya, namun ia melarang. Aku bertanya kepada teman-temanku tidak ada satupun yang megetahuinya. Entah itu kebohongan mereka atau apa.

Setelah seminggu, aku mendapatkan surat dari Arga. Dan hanya berisi “Maafin aku ya, Lek. Aku rasa, aku udah gak bisa terusin hubungan ini. aku gak bisa jelasin alasannya karena terlalu rumit. Maaf sekali lagi ya, Lek. Aku sayang kamu”. Setelah membaca itu aku sangat marah, aku mencoba menghubunginya namun tetap tidak bisa. 3 hari kemudian datan lagi paket foto memori kami selama setahun lebih ini. Di akhir cover tertera kalimat, “Aku sayang kamu Raissa. Jangan lupa janji-janji kamu ke aku ya”. Aku semakin membeci dengan keadaan ini. membuat aku selalu tidak bisa tidur.

5 hari kemudian, datang sekuntum mawar dan sebuah surat. Isi surat itu adalah rangkaian janji yang memang sudah aku sepakati dan sebuah kejujuran akan penyakit yang di derita Arga. Arga mengidap tumor otak, hanya saja ia baru mengetahui penyakitnya setahun silam dan ternyata sudah merujuk pada stadium akhir. 3 minggu terakhir saat ia tidak ada kabarnya, ternyata ia sedang dirawat di rumah sakit. Dan surat yang baru dikirimnya, sudah lama ia buat dan amanatnya kepada orangtuanya untuk mengiri surat tersebut setelah meninggalnya ia nanti. Ia memang sudah di vonis oleh dokter tidak akan hidup lama.

Dan sekarang aku baru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Setelah membaca surat itu aku langsung menghubungi orangtua Arga, disana aku minta dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Dan saat itupun aku membenci namun juga sangat menyayanginya. Keeosakan harinya, aku pergi ke Jakarta untuk melihat makam orang yang sayang sekaligus benci tidur dengan tenang di alam sana.
Dan aku tetap akan mempercayai bahwa suatu saat ia akan menjengukku. Meski raga tak lagi hadir dalam penglihatan.


selesai.
alhamdulillah, dan tiba-tiba pas gue itung ini JUMLAHNYA 750!!!! ohh Hod! salah apa gue. gue kira ini udah paling sedikit, kenapa jadi sebanyak itu???
oke gue puter kepala dan pake slayer dikepala sebagai penyemangat.
kurangin kata-kata, ganti kata-kata, sampe hampir mau ngubah cerita karena kepusingannya. ini SUSAH BANGET coooy!!!
oke gue harus semangat!!! itung bolak-balik sana sini biar 100 kata, karena memang persyaratannya gak boleh lebih dari 100 kata. pengecualian, judul gak diitung.
akhirnya dengan sekuat tenaga dan keringat bercucuran jadilah cerpen 100 kata ini :
Secarik kertas mengiringi kepergiannya

Namaku Raissa, sebulan yang lalu aku pindah ke Bandung. Arga pacarku, mengikhlaskan semuanya. “Baik-baik, Lek disana. Jangan lupa jaga kesehatan dan harus semangat belajarnya. Aku janji, suatu saat nanti akan datang kesana”. Ucapan itu selalu aku ingat. Tetapi 3 minggu terakhir, ia tidak pernah menghubungiku. Seminggu kemudian, datang surat berisi “Maaf Lek. Aku udah gak bisa terusin hubungan ini”. 3 hari kemudian, datanglah stangkai bunga dan surat kejujuran Arga. Arga mengidap tumor otak, yang baru ia ketahui setahun silam dan sudah pada tahap stadium akhir. Ternyata saat tidak ada kabarnya, ia sedang dirumah sakit hingga akhirnya pergi meninggakanku untuk selama-lamanya.

entah bagus, baik, menarik atau enggak seenggaknya gue udah berusaha keras buat ini semua. dan ini pelajaran baru buat gue. hitungan jumlah kecil itu belom tentu bisa kita kerjain secara maksimal. lihat aja tuh, ini cuma 100 kata, tapi susahnya ngebuat itu?? Naujubila kaan.
besok-besok gue harus bisa hasilin cerpen yang jauh lebih baik yah, amin :)

Minggu, 06 November 2011

Kutipan dalam Suara

"Riska, gimana kalo kakaknya nanti di bawa ke Papua? boleh kan?"

kata-kata itu yang terngiang-ngiang di telinga gue sampe saat ini. dia, pria yang dekat dengan kakak gue. entah apa hubungannya, tapi sepertinya udah mulai merambah ke jenjang yang serius. bisa di liat dari pertanyaan yang diajuin ke gue, melalui telepon siang hari tadi. terus kenapa dengan kata-kata itu?

bukan cuma kenapa, tapi ini namanya bagaimana!
pertanyaan itu ibarat membangunkan gue dari tidur panjang. kenapa? karena dari pertanyaan itu gue baru sadar, perempuan nantinya harus ikut dengan pendamping hidupnya dimanapun ida berada. lalu? lalu, keluarga gue disini gimana?

gue baru sadar, gue punya kakak cewek. gak akan selamanya dia ada di dalam rumah bersama orang tua. terus nanti, mama papa gue sama siapa??? siapa yang nemenin mereka disini di hari-hari gue kuliah dan ada di luar rumah? siapa yang bakal jaga mereka saat gue gak ada? siapa yang bantu mereka saat ngebutuhin apapun? siapa yang bakal teraktir gue makan kalo gue mau apa-apa yang gak sempet didapet di kosan sana? siapa lagi yang bisa gue palakin kalo lagi gak punya duit? siapa yang nemenin gue tidur? siapa yang jadi temen berantem gue nanti? siapa?

bukan hanya ngebahas sekedar jarak, tapi kedepannya gimana?
gue bakal menjadi orang pertama yang gak rela kakak gue di bawa pergi jauh ke kota orang. suatu hari nanti, saat kakak gue harus memilih gue berharap dia bisa pilih jalan yang terbaik. semoga saja dan semoga saja.

saat kegelisahan membalut diri.