Sabtu, 22 Januari 2011

Catatan Harian Senja

Hai Rasa,
Ini aku, Senja. Masih ingatkah kau padaku? Apa kabarmu saat ini? Dimana kamu sekarang? Mengapa aku tidak dapat menemukanmu? Kau menghilang tanpa memberiku kabar sedikit pun sampai saat ini. Rasa, aku sangat merindukanmu. Aku ingin kau berada di sampingku saat ini dan sampai kapanpun. Rasa, apa dirimu juga merindukanku? Rasa, ingatkah kau akan kenangan kita yang tlah lalu?
Saat kau selalu berada disampingku, menemaniku saat suka maupun dukaku. Saat kita berjalan bersama, berpegangan tangan bercengkrama, tersenyum hingga tertawa bersama. Aku sunguh sungguh merindukan itu semua. Senyummu, kasih sayangmu, cintamu, perhatianmu, kejujuranmu, kepercayaanmu dan kamu. Aku ingin kau tetap bersandar pada punggungku, begitu juga aku. Rasa, aku membutuhkanmu. Kembalilah. Berjalanlah bersama denganku kembali.
Rasa, masihkah aku dibutuhkan? Rasa, masih inginkah kau jika aku berada disampinmu?

Ketika aku bertemu Rasa
Rasa, terimakasih aku masih diijinkan untuk bertemu dengan dirimu. Namun, mengapa aku merasa ada yang berbeda denganmu? Ada apa sebenarnya? Mengapa kau terasa begitu jauh saat ini? Jujur, bukan itu yang aku inginkan Rasa. Aku ingin kau yang dahulu.
Mungkin aku terlalu serakah, hingga aku terasa tak besyukur kepada Tuhan karena sebenarnya Tuhan telah mengabulkan doaku hingga kedua mata ini masih dapat melihat indahnya kamu, Rasa. Tapi Rasa, sewaktu kau bercerita sesuatu kepadaku, bukan cerita seperti itu yang inginku dengar. Mungkin aku jahat, mungkin aku egois ,bahkan mungkin aku iri hingga aku seperti tak ingin menyediakan telingaku untukmu. Namun, aku tetap mempunyai alasan atas semua itu. Peka kah kau akan itu? Aku sungguh tidak ingin kau bersedih. Hingga akhirnya, aku tetap menyediakan telinga ini meski sakit, yang aku perbuat sendiri yang kudapatkan. Namun disamping semua ego ku, sungguh aku bahagia melihat dirimu, Rasa.

Ketika aku bertemu Senja
Aku mengucap syukur akan diriku sendiri. Bersyukur atas seluruh nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Saat aku masih dapat mencintai dan dicintai, membutuhkan dan dibutuhkan, menyayangi, mengerti, dan percaya. Merasakan kenangan bersama Rasa, hingga masih dapat menyayanginya sampai saat ini. Itu semua nikmat terindah yang diberikan oleh Mu, Tuhan. Maafkan atas segala egoku dan kesombonganku. Kini aku dalam keadaan menunduk, menangis, dan berdoa, berharap Tuhan tetap mengisahkan cerita yang indah untuk ku dan rasa syukur ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar