Kamis, 30 Desember 2010

Sahabat Bola

ini cerpen ketiga ku, dibuat dengan alasana karena ada PR dari kak Debby. selamat menikmati kawan Bola seindonesia :D

Sahabat bola
Disebuah kampung terlihat banyak sekali orang orang ramai memakai pakaian kesebelasan sepak bola tim Indonesia. Yang identik dengan warna merah. Memang, bulan ini ada pertandingan Piala AFF 2010. Dan saat ini Indonesia dapat mencapai final. Beberapa hari lagi Indonesia akan pertanding melawan Malaysia. Seluruh masyarakat sangat antusias untuk menanti pertandingan ini. Kesana kemari orang orang memburu tiket dan tak lupa dengan pernak-pernik untuk mendukung kesebelasan itu. Aku juga tidak mau ketinggalan. Aku adalah seorang gadis remaja berumur 13 tahun. Aku sangat menyukai bola sejak aku kecil.
Siang hari, aku pergi untuk untuk melihat pernak-pernik untuk mendukung tim kesebelasan idamanku. Aku sangat ingin memiliki salah satu baju Timnas dengan nomer 9, yaitu Christian Gonzales idolaku. Tapi apa mau dikata, aku hanya dapat memandang baju baju itu berjejer dipasar. Karena aku bukan orang yan berkecukupan untuk membeli hal semacam itu. Masih sangat banyak sekali hal yang lebih penting untuk kehidupa keluargaku dibandingkan sebuah baju. Untuk makan saja keluargaku haru terunta-lunta kesana kemari. Yaa itulah keluargaku.
Ketika ingin pulang kerumah, aku melihat seorang gadis yang tak jauh usianya denganku sedang kesulitan membawa 4 kotak kue besar.
“ mau aku bantu?” aku bertanya
“memannya tidak apa-apa?” ia menjawab
“iya, gak apa-apa. Sini ku bantu” sambil membawakan beberapa kotak kue tersebut. “ini dibawa kemana?” tambahku
“kesana, itu mobilku” menunjukkan mobilnya
“maaf non, tadi saya ada telpon dari ayah nona” sambut Pak Kumis, sebutan supir gadis ini
“iya, tidak apa-apa kok. Tolong ini dibawa ke dalam yaa Pak” sahutnya. “terima kasih banyak yaa, aku Inka” ucapnya sambil menjulurkan tangan kanannya kepadaku
“iya sama-sama, aku Dema” menjabat tangannya
Setelah itu, kami berbincang-bincang disebuah warung sambil menunggu ibu Inka kembali. Inka orang yang sangat baik, meski aku baru mengenalnya ia terlihat tidak sombong meski dia adalah orang kaya. Dan ternyata rumahnya tak jauh dari sini. Inkapu terliat sangat nyaman berada didekat ku. Ia menceritakan tentang keluarganya. Ia ternyata anak satu-satunya dari ayah keturunan Malaysia dan Ibu asliIndonesia. Lalu aku juga menceritakan keadaan keuargaku. Dan tak lupa dengan hobbyku dengan bola. Ternyata Inka juga suka dengan bola, meski ia tidak sesuka aku.
“kamu tadi dari mana Dema?” tanyanya
“tadi aku abis liat-liat bajunya Gonzales” jawabku
“terus ketemu?” tanyanya lagi
“beh, banyak banget deh Ka. Yaa tapi aku mah gak punya uang buat beli begituan, buat makan aja susah kan” jawabku santai
“ohh gitu yaa” ucapnya degan suara pelan. “itu Ibuku. Ibu, ini teman baruku namanya Dema dia tinggal dikampung sebelah sana Bu, tadi dia membantu aku. Dema ini ibuku” ujarnya
“hallo, terima kasih yaa sudah membantu Inka” sahutnya lembut
“iya Ibu sama sama, gak apa-apa kok” jawabku
Lalu aku diantar pulang oleh keluarga Inka menggunakan mobil. Tadinya aku menolak, tapi Ibunya memaksakan.
“terima kasih yaa Ka, mau masuk?” tanyaku
“sama-sama Dema. Tidak, terima kasih lain kali saja yaa. Aku harus puang kerumah. Kapan-kapan aku boleh main kerumah kamu kan Dema? Tanyanya
“boleh banget lah, Ka. Oh gitu, ati-ati yaa” jawabku
Setelah Inka pergi, aku masuk kedalam rumah dan menceritakan kejadian yang baru saja aku alami kepada Umiku. Umiku terlihat senang, karena aku dapat membantu orang dan akhirnya aku mendapatkan teman baru yang sangat baik.
“itulah balasan yang kamu dapatkan karena kamu udah ngebantu orang yang sedang kesusahan. Seorang teman baru. Dan itu lebih berharga dari apapun, Nak. Maka, bersikap baiklah kepada setiap orang dan saling tolong menolong” pesan Ibuku

Dua hari kemudian, Inka datang kerumahku membawakan sepasang baju bola yang aku idam-idamkan.
“ini bagus banget Ka. Makasih yaa” aku memeluknya
“iya, sama-sama. Aku juga punya, dengan nomer 17. Nanti kita nonton bola bareng yaa dirumahku. Jangan lupa, kita juga haru menggunakan baju ini oke!” jelas Inka
“Irfan Bachdim?. Ohh hahaha, kamu suk dia yaa. tapi kalo aku dijinin sama Ibu yaa” jawabku
“boleh kok, tapi pulangnya jangan malem-malem yaa” tiba-tiba terdengar suara ibu menghampiri kami didepan rumah
“nanti aku antar pulang kok Bu, sama Pak Kumis juga. Terimaksih yaa Bu” ujar Inka kepada Ibu
Sesampainya dirumah Inka, aku terkaget-kaget rumah Inka begitu besar dan bagus sekali. Iniseperti istana. Lalu aku dan Inka menonton TV dikamar Inka, menunggu pertandingan bola dimulai sambil asyik memakan cemilan.
“Ka, kamu kenapa dukung Indonesia? Kan Ayah kamu orang Malaysia” tanyaku
“aku lahir di Indonesia, ibuku orang Indonesia asli, darahku darah Indonesia, aku cinta Indonesia” jawabnya dengan penuh percaya diri
“waaaah, bagus bagus bagus. Ehh udah mulai nih, ayo deh nonton” sahutku
Mereka menonton pertandingan dengan sangat serius tak lupa sorak sorai mendukung Indonesia dilengkapi juga dengan baju kesebelasan idola mereka. Meski mereka menonton hanya berdua, tapi suara sorak sorai mereka dapat terdengar oleh Pak Kumis dan Mbok Ana yang sedang menonton dibawah.
“Aku berharap persabatanku dengan Inka tidak akan pernah putus meski dengan berbagai perbedaan. Perbedaan itu indah, dengan perbedaan kami akan selalu dapat saling mengisi satu sama lain” ucapku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar